a.
Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat atau badan. Di dalam KBBI (2002: 803) organisasi
adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang
diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya ada 3 ciri khusus dari suatu organisasi,
yaitu: adanya kelompok manusia, kerjasama yang harmonis, dan kerjasama tersebut
berdasar atas hak, kewajiban serta tanggung jawab masing-masing rang untuk
mencapai tujuan (Djati Julitriarsa, 1998: 41).
Pengertian
orgainsai dari beberapa ahli antara lain:
a) James D. Money (1974)
Organisasi
adalah bentuk dari perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.
b) Ralph Currier Davis (1951)
Organisasi
adalah kelompok orang-orang yang bekerja
mencapai tujuan bersama diabawah pimpinan.
c) John D. Millet (1954)
Organisasi adalah
sebuah kerangka struktur, sebagai wahana dan wdah pelaksanaan pekerjaan banyak
orang untuk mencapai suatu tujuan bersama.
d) Dwight Waldo (1956)
Organisasi
adalah struktur hubungan antar manusia berdasarkan wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem
administrasi (Djati Julitriarsa, 1998: 42-43).
e) Cyril Soffer (1973)
Organisasi
adalahperserikatan orang, yang masing-masing diberi peranan tertentudalam suatu
sistem kerja dan pembagian kerja di man pekerjaan dibagi menjadi rincian tugas,
diberikan di antara pemegang peranan, dan kemudian digabung ke beberapa bentu
hasil. (Sutarto,2006: 36)
Dari berbagai
pendapat tentang pengertian organisasi tersebut maka dapat disimpulkan adanya
tiga macam pendapat yaitu: (1) Organisasi adalah kumpulan orang-orang; (2) Organisasi
adalah proses pembagian kerja; dan (3) Organisasi adalah sistem kerja sama. Dari
tiga macam pendapat di atas maka dapat disusun suatu definisi tentang
organisasi secara sederhana, yaitu: “Organisasi adalah suatu sistem kerja sama
dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu”(Djati Julitriarsa,
1998:44).
Menurut Siswanto (2007: 73) “Organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang saling
berinteraksi dan bekerja sama untuk
merealisasikan tujuan bersama”. Berdasarkan pendapat Siswanto tersebut, bahwa organisasi adalah interaksi
antara sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam membentuk atau menentukan sebuah organisasi harus diperhatikan ciri-ciri yang ada. Ciri-ciri organisasi
merupakan beberapa hal yang harus ada.
Ciri-ciri organisasi menurut Siwanto (2007: 73) yaitu :
1.
Suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang menggabungkan diri
dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan dan kebijakan yang telah
dirumuskan dan masingmasing pihak siap untuk mejalankannya dengan penuh tanggung jawab.
2.
Dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut saling
mengadakan hubungan timbl balik, saling memberi dan menerima dan juga saling
bekerjasama untuk melahirkan dan merealisasikan maksud (purpose), sasaran (objective) dan tujuan (goal).
3.
Dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi
dan bekerjasama tersebut diarahkan pada suatu titik tertentu., yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa setiap
organisasi harus mempunyai tiga unsur dasar
yaitu sekeompok orang, kerjasama dan tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama sekelompok orang dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jadi, dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa
organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerja sama, dimana kerja sama
tersebut dicanangkan dalam bentuk struktur organisasi atau gambaran skematis
tentang hubungan kerja, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
b.
Asas-asas Organisasi
Asas-asas organisasi adalah berbagai pedoman yang
sejauh mungkin hendaknya dilaksanakan agar diperoleh struktur organisasi yang
baik dan aktivitas organisasi dapat berjalan lancar. Adapun asas-asas
organisasi adalah sebagai berikut:
1)
Perumusan tujuan
dengan jelas
Perumusan tujuan dengan jelas memudahkan penetapan
haluan organisasi, pemilihan bentuk, pembentukan struktur, kebutuhan jabatan,
penyumbangan pengalamana, kecakapan daya kreasi dari para anggota organisasi.
Herbert G. Hicks, mengemukakan pentingnya tujuan
sebagai berikut:
1) Tujuan membantu usaha organisasi.
2) Tujuan dibutuhkan untuk melakukan koordinasi dan mengkoordinasikannya
langkah pertama menetapkan tujuan organisasi.
3) Tujuan merupakan arah terakhir di mana semua kegiatan organisasi
diarahkan.
4) Tujuan diperlukan sebelumnya untuk menetapkan haluan prosedur, metode,
strategi dan peraturan.
Mc Gregor, mengemukanakan tentang tujuan yang jelas
adalah:
Ø Tujuan yang efektif menambah semangat semua anggota
untuk bekerja ke arah tujuan yang sama.
Ø Tujuan yang jelas memberikan tongkat pengukur yang
obyektif untuk mengukur, membandingkan dan menilai pelaksanaan.
Setiap
orang yang masuk organisasi biasanya telah memiliki konsep tujuan individu,
konsep tujuan organisasi dan organisasi sendiri telah mempunyai knsep tujuan
organisasinya.
2)
Departemenisasi
Departemenisasi merupakan asas pembentukan satuan
organisasi yang akan diserahi beban kerja tertentu. Jadi, departemenisasi
adalah aktivitas untuk menyusun satuan-satuan (unit-unit) organisasi yang
diperlukan untuk melaksanakan fungsi yang ada.
Dalam pembentukan satuan organisasi yang harus
diperhatikan adalah:
5)
Jumlah satuan organisasi hendaknya sedikit mungkin.
6)
Satuan organisasi dibentuk harus berfungsi bulat.
7)
Perluasan aktivitas pada tahap pertama harus ditampung
lebih dulu oleh satuan yang ada sehingga tidak tergesa-gesa membentuk satuan
yang baru.
8)
Bila satuan/suatu aktivitas telah ada maka organisasi
yang menampungnya jangan membentuk satuan kembarnya.
9)
Pembentukan satuan organisasi perlu dilakukan
penertiban pemakaian sebutan satuan organisasi yang tepat sehingga dapat
diketahui fungsi dari persatuan yang bersangkutan.
Kedudukan satuan
organisasi di dalam struktur organisasi ada 2 macam:
Ø Pertama, satuan organisasi yang berkedudukan langsung
di bawah pucuk pimpinan organisasi yang disebut “satuan organisasi utama”.
Ø Kedua, satuan organisasi yang berkedudukan dibawah
satuan organisasi utama yang disebut “ satuan organisasi lanjutan”.
3)
Pembagian kerja
Asas ini dapat dikaitkan dengan pejabat yang harus
menempatinya atau dengan susunan organisasinya. Maka asas pembagian kerja dapat
diartikan dua macam, yaitu:
(a)
Perincian serta
pengelompokan aktivitas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk
dilakukan oleh satuan organisasi tertentu.
(b)
Perincian serta
pengelompokan aktivitas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk
dilakukan oleh pejabat tertentu.
Dalam melakukan
pembagian kerja yang harus diperhatikan adalah:
10) Tiap-tiap satuan organisasi harus mempunyai perincian aktivitas yang
jelas
11) Pejabat dari pucuk pimpinan sampai dengan pejabat yang berkedudukan
paling bawah harus mempunyai perincian tugas yang jelas
12) Jumlah perincian tugas sebaiknya dipegang oleh seorang pejabat berkisar
antara 4-12 macam.
13) Variasi tugas bagi seorang pejabat hendaknya yang sejenis atau erat
hubungannya.
14) Beban tugas etiap pejabat hendaknya merata penempatan para pejabat
hendaknya dengan tepat
15) Penambahan atau pengurangan pejabat harus berdasarkan volume kerja.
16) Pembagian kerja para pejabat dalam satuan organisasi jangan sampai
terjadi “pengontakan pejabat”.
4)
Koordinasi
Koordinasi adalah suatu asas yang menyatakan bahwa
dalam suatu organisasi harus ada keselarasan aktivitas di antara satuan-satuan
organisasi atau keselarasan di antara pejabatnya. Sedangkan manfaat koordinasi
yaitu:
17) Menghindarkan konflik
18) Menghindarkan rebutan sumber atau fasilitas
19) Menghindarkan kekembaran pengerjaan
20) Menghindarkan kekosongan pengerjaan
21) Menghindarkan perasaan lepas satu sama lain
22) Menjamin kesatuan sikap
23) Menjamin kesatuan tindakan
24) Menjamin kesatuan kebijaksanaan
25) Menjamin kesatuan pelaksanaan
Macam-macam koordinasi:
(a)
Koordinasi penegak: yaitu koordinasi antara satuan
atau pejabat yang kedudukannya tidak sederajat.
(b)
Koordinasi mendatar: yaitu koordinasi antar satuan
yang kedudukannya sederajat.
(c)
Koordinasi mekanis: yaitu koordinasi urutan
penyelesaian pekerjaan secara mekanis, yang berupa penyelesaian pekerjaan
saling tanggap diantara para pejabat dalam menghadapi suatu pekerjaan secara
bersama.
(d)
Koordinasi prosedur: yaitu koordinasi yang tergambar
pada bagan koordinasi.
(e)
Koordinasi substansi: yaitu koordinasi yang berupa
program kerja.
5)
Pelimpahan
Wewenang
Wewenang adalah hak seorang pejabat untuk mengambil
tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan
dengan baik. Pelimpahan adalah penyerahan. Jadi pelimpahan wewenang adalah
penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas
serta tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik dari pejabat yang satu
kepada pejabat yang lain. Dalam melakukan pelimpahan wewenang yang perlu
diperhatikan :
(a)
Batas wewenang
setiap pejabat harus jelas
(b)
Tanggung jawab dipikul oleh kedua belah pihak
(c)
Tugas, tanggung jawab dan wewenang harus seimbang
(d)
Perlu memperhatikan pendapat dari pejabat yang
menerima limpahan
(e)
Disertai kepercayaan bahwa yang menerima itu mampu
(f)
Perlu adanya
pembimbingan
(g)
Perlu adanya pengontrolan
6)
Rentangan
Kontrol
Rentangan kontol adalah jumlah terbanyak bawahan
langsung yang dapat dipimpin dengan baik oleh seorang atasan. Sedang bawahan
langsung merupakan sejumlah pejabat yang langsung berkedudukan dibawah seorang
utusan tertentu.
7)
Jenjang
organisasi
Jenjang organisasi adalah tingkat-tingkat satuan
organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas, serta wewenang tertentu
menurut kedudukannya dari atas sampai dengan bawah dalam suatu fungsi tertentu.
Pejabat yang berkedudukan pada tingkat yang lebih atas
mengawasi para pejabat yang berkedudukan pada tingkat dibawahnya demikian
seterusnya hingga hubungan-hubungan yang dilakukan antara para pejabat sejauh
mungkin melewati tingkat-tingkat yang telah ditentukan.
Tingkatan
dalam struktur organisasi dibedakan 3 macam:
(1)
Struktur organisasi pipih : adalah struktur organisasi
yang melaksanakan jenjang organisasi antara 2 sampai 3 tingkat
(2)
Struktur organisasi datar: adalah struktur organisasi
yang melaksanakan jenjang organisasi sampai dengan 4 tingkat
(3)
Struktur organisasi curam: adalah struktur organisasi
yang melaksanakan jenjang sampai dengan 5 tingkat.
8)
Kesatuan
Perintah
Kesatuan perintah berarti bahwa tiap-tiap pejabat
dalam organisasi hendaknya dapat diperintah dan bertanggung jawab kepada
seorang atasan tertentu. Tidak ada kesatuan perintah akan menimbulkan
kebingungan, keraguan dari para bawahan.
9) Fleksibilitas
Struktur organisasi harus sudah dirubah untuk
disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa mengurangi kelancaran
aktivitas yang sedang berjalan. Kalau diubah tetapi menghambat kelancaran
aktivitas yang sedang berjalan, maka ini bukanlah flesibilitas (kelenturan). Adapun perubahan yang mungkin terjadi
sehingga menyebabkan perunya struktur organisasi dirubah. Misalnya, perubahan
tujuan, penambahan tujuan, perluasan aktivitas, dan penambahan kerja.
c.
Teori Organisasi
1)
Teori Taylorisme
Taylorisme adalah nama yang populer untuk gagasan F. W. Taylor dan kini bersinonim dengan
sebutan “efficiency expert”. Berikut lima prinsip dasar Taylorisme:
a) Geser tanggung jawab keorganisasian dari pekerja ke manajer. Manajer adalah pihak yang
harus memikirkan perencanaan dan perancangan kerja.
b) Gunakan metode ilmiah (scientific method) untuk menentukan cara yang paling efisien
untuk melakukan suatu pekerjaan (misalnya dengan
memakai teknik time and motion study). Kemudian rancanglah pekerjaan untuk tiap pekerja dengan menetapkan secara jelas dan detail mengenai pekerjaan apa saja yang
dilakukan.
c) Pilih orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang baru dirancang tersebut.
d) Latihlah karyawan tersebut untuk melakukan pekerjaannya secara efisien.
e) Lakukan monitoring terhadap kinerja karyawan untuk menjamin prosedur kerja yang telah
ditetapkan benarbenar dijalankan
dan tujuan yang dikendaki dicapai.
Penggunaan teknik tersebut di atas
ditujukan untuk mempersingkat waktu pengerjaan dengan
memaksa para pekerja menghilangkan “waktu yang tidak
produktif”. Itu merupakan sebuah waktu dan gerak yang telah
banyak dilakukan untuk menemukan cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan dibandingkan dengan “rule of thumb”.
Perlu juga dikemukakan di sini bahwa teknik Taylorisme tidak
hanya diterapkan di pabrik (production floor), tetapi juga
dibagian administrasi (office work) dengan cara memecah rangkaian pekerjaan (integrated tasks) menjadi komponen-komponen yang spesifik (specialized components) untuk dikerjakan oleh masing-masing ahlinya.
2)
Teori Kontijensi
Struktural
Hakikat teori kontijensi adalah tidak ada satu cara terbaik yang bisa digunakan dalam semua
keadaan (situasi) lingkungan. Masuknya pengaruh variabel lingkungan
dalam analisis organisasi diawali dengan kemunculan pendekatan
sistem (system approach) dalam analisis organisasi dimana
kemunculan pendekatan ini sebenarnya karena inspirasi dari ilmu
biologi, khususnya yang dikemukakan oleh Ludwig von Bertalanffy.
Pendekatan sistem dibangun berdasarkan anggapan bahwa
organisasi pada hakekatnya mirip dengan organisme (makhluk hidup)
yang terbuka terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya. Menurut pendekatan ini organisasi adalah sebuah open
system besar yang di dalamnya terdiri dari beberapa sub-sistem yang
saling terkait. Organisme di dalam sistem semacam itu akan
mengambil dan sekaligus memberikan sesuatu dari dan kepada lingkungannya. Dengan pola simbiose take and give itulah organisasi mempertahankan hidupnya.
Sama halnya dengan makhluk hidup,
menurut Teori Kontijensi tujuan akhir sebuah organisasi dalam beroperasi adalah agar bisa bertahan (survive)
dan bisa tumbuh (growth) atau disebut juga keberlangsungan (viability).
Ada dua hal yang dilakukan organisasi untuk menjalankan
penyesuaian hidup terhadap lingkungannya. Pertama, manajemen
menata konfigurasi berbagai sub-sistem di dalam organisasi agar kegiatan organisasi menjadi efisien. Kedua, bentuk-bentuk spesies
organisasi memiliki efektivitas yang berbeda-beda dalam menghadapi perubahan dalam lingkungan luar. Dengan kata lain
mekanisme sistem pengendalian bisa sangat bervariasi sesuai dengan
variasi lingkungan yang dihadapi. Dalam rangka mencari cara yang efektif, organisasi seharusnya menghubungkan permintaan
lingkungan eksternal dengan fungsi-fungsi internalnya. Seorang manajer harus bisa mengatur harmonisasi fungsi-fungsi
organisasinya dengan kebutuhan manusia.
Teori kontijensi memberi penekanan pada perlunya memfokuskan pada perubahan. Tidak ada
satu aturan atau hukum yang memberi solusi terbaik untuk setiap waktu, tempat, semua orang atau semua situasi. Ada beberapa
anggapan dasar dalam teori tersebut, yaitu antara lain:
(a) Manajemen pada dasarnya bersifat situasional. Konsekuensinya teknik-teknik manajemen sangat bergantung pada situasi yang dihadapi.
Jika teknik yang digunakan sesuai dengan permintaan
lingkungan, maka teknik tersebut dikatakan efektif dan
berhasil. Dengan kata lain diversitas dan kompleksitas
situasi eksternal yang dihadapi organisasi harus di pecahkan dengan teknik yang sesuai.
(b) Manajemen harus mengadopsi pendekatan dan strategi sesuai dengan permintaan setiap
situasi yang dihadapi. Kebijakan
dan praktik manajemen yang secara spontan dapat merespon setiap perubahan lingkungan bisa dikatakan efektif. Untuk mencapai
keefektifan ini organisasi harus mendesain struktur
organisasinya, gaya kepemimpinannya,
dan sistem pengendalian yang berorientasi
terhadap situasi yang dihadapi.
(c) Ketika keefektifan dan kesuksesan manajemen dihubungkan secara langsung dengan kemampuannya menghadapi lingkungan dan setiap perubahan
dapat diatasi, maka harus ditingkatkan
keterampilan mendiagnosa yang proaktif untuk
mengantisipasi perubahan lingkungan yang
komprehensif.
(d) Manajer yang sukses harus menerima bahwa tidak ada satu cara terbaik dalam mengelola
suatu organisasi. Mereka harus mempertimbangkan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik
manajemen yang dapat diaplikasikan untuk semua waktu dan semua kebutuhan. Tidak ada solusi yang dapat diaplikasikan secara
universal.
3)
Teori Ketergantungan Sumber Daya
Teori Ketergantungan Sumber Daya
dibangun berdasarkan asumsi-asumsi di bawah ini:
a) Organisasi-organisasi dianggap
terdiri dari koalisi internal-eksternal
yang muncul dari pertukaran sosial yang
dilakukan untuk mempengaruhi dan mengendalikan perilaku.
b) Lingkungan dianggap berisi sumber daya yang langka dan penting untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan.
c) Organisasi dianggap bekerja untuk mencapai dua tujuan yaitu: mendapatkan kendali atas sumber
daya bisa meminimalkan ketergantungannya pada
organisasi lain dan meningkatkan kendali atas sumber
daya yang memaksimalkan ketergantungan
organisasi lain padanya.
Walaupun pandangan bahwa organisasi
terkendala oleh faktor eksternal sepertinya berpaham determinisme, menurut Pfeffer dan Salancik organisasi
tidaklah pasif dalam menghadapi kendala eksternal tersebut. Organisasi
juga merespon lingkungan melalui berbagai diskresi manajemen dalam bentuk mempengaruhi organisasi lain, berkoalisi dengan
organisasi lain atau merubah lingkungan. Merger, diferensiasi, dan
lobi pada pemerintah bisa kita anggap sebagai contoh bagaimana
merespon lingkungan.
4)
Teori Ekologi Populasi
Teori Ekologi Populasi membahas
perubahan organisasi sebagai fungsi dari kekuatan-kekuatan lingkungan pada populasi organisasi, khususnya pada proses
pembentukan dan kegagalan organisasi. Pandangan Ekologi Populasi
tersebut menentang pendapat Teori Kontijensi Struktural yang menyatakan bahwa proses adaptasi dilakukan pada level
individu organisasi. Bagi Teori Ekologi Populasi adaptasi
terjadi pada level populasi melalui proses lahir (birth) dan mati (death).
Oleh sebab itu proses adaptasi yang dijalankan oleh organisasi
sebetulnya lebih merupakan proses seleksi alam menurut Donaldson dalam
“Teori Organisasi” (Gudono: 2009).
Berikut ini adalah beberapa konsep yang lazim ditemui dalam tulisan-tulisan mengenai Teori Ekologi
Populasi:
(a)
Structural inertia. Structural inertia adalah kecenderungan
organisasi untuk mempertahankan struktur internalnya apapun yang
terjadi pada fakor lainlainnya. Jadi sebenarnya konsep ini merujuk
pada ketidakmampuan suatu organisasi untuk
beradaptasi dengan lingkungannya: semakin kuat tekanan structural inertia, semakin rendah fleksibilitas adaptif organisasi tersebut. Teori structural inertia menyatakan
bahwa proses perubahan akan menciptakan
masalah reorganisasi internal dan
legimitasi eksternal menurut Hannan dan Freeman dalam “Teori Organisasi” (Gudono: 2009).
(b) Liability of newness. Liability of newness berunjuk pada kenyataan bahwa risiko mati (bangkrut) organisasi yang masih baru adalah tinggi dan risiko
ini akan menurut sejalan dengan bertambahnya usia
perusahaan menurut Stinchombe
dalam “Teori Organisasi” (Gudono: 2009)
(c) Liability of smallness. Liability of smallness merujuk pada kecenderungan menurunnya tingkat kematian (mortality rate) sejalan dengan semakin besarnya ukuran organisasi. Ada dugaan mengapa hal ini bisa
terjadi, yaitu karena organisasi-organisasi
besar umumnya memiliki akuntabilitas,
reliabilitas dan legitimasi yang juga lebih besar.
(d) Niche width theory. Niche width theory menyatakan bahwa populasi organisasi menempati niche yang sama dalam arti bahwa mereka tergantung
pada sumber daya lingkungan yang identik. Jika dua
populasi organisasi menempati niche
yang sama tapi berbeda dalam hal karakteristik
organisasi, maka populasi yang memiliki kecocokan yang lebih kecil dengan karakteristik lingkungan akan dieliminasi.
(e) Generalist population dan specialist population. Terkait dengan niche width theory teori Ekologi populasi menyatakan bahwa generalist
population tergantung pada rentang niche
yang lebar sumber daya
lingkungan. Keadaan ini akan memaksimalkan
eksplorasi tetapi akan meningkatkan
risiko. Sebaliknya specialist population tergantung pada kondisi lingkungan yang spesifik atau rentangan niche yang sempit dan
hal tersebut akan memungkinkan organisasi
di dalamnya untuk makmur dari
pemanfaatan niche khusus tersebut. Perbedaan karakteristik keluasan rentangan niche ini akan berpengaruh pada strategi organisasi
yang ada di dalamnya.
(f) Density dependence. Density dependence menyatakan bahwa legimitasi dan kompetisi bergantung pada tingkat kepadatan populasi. Pada waktu tingkat
kepadatan rendah, proses legitimasi mendominasi
dan hal ini akan meningkatkan tingkat kelahiran dan
menurunkan kematian organisasi. Pada waktu
tingkat kepadatan tinggi, kompetisi
akan mendominasi dan hal ini akan menurunkan
tingkat kelahiran dan meningkatkan tingkat kematian organisasi.
Ada beberapa asumsi dasar yang
digunakan dalam pembahasan-pembahasan. Teori Ekologi Populasi menurut Robbins dalam “Teori Organisasi” (Gudono:
2009). Pertama, teori ini memusatkan pada kelompok atau populasi organisasi, bukan sebuah organisasi. Kedua, teori ini
mendefinisikan efektivitas organisasi semata-mata sebagai survival
(mampu bertahan hidup). Ketiga, lingkungan sangat menentukan
dan manajemen memiliki pengaruh yang kecil terhadap kemampuan organisasi untuk bertahan hidup. Keempat, kapasitas
(daya dukung/carriying capacity) lingkungan adalah terbatas.
5)
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan dibangun sebagai upaya
untuk memahami dan memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat
melakukan kontrak. Kontrak yang dimaksudkan disini adalah kontrak
antara prinsipal (pemberi kerja, misalnya pemegang saham atau
pimpinan perusahaan) dengan agen (penerima perintah, misalnya manajemen atau bawahan). Teori keagenan meramal jika
agen memiliki keunggulan informasi dibandingkan prinsipal dan
kepentingan agen dan principal berbeda, maka akan terjadi principal-agent problem dimana agen akan melakukan tindakan
yang menguntungkan dirinya namun merugikan prinsipal. Beban yang muncul karena tindakan manajemen tersebut menjadi agency
costs.
Pandangan teori keagenan tersebut pada
hakekatnya dibangun dengan memperluas teori yang dibahas dalam karyakarya Coase, Berle, dan Means. Coase
meletakkan landasan mengapa organisasi diperlukan. Coase mengakui bahwa baik solusi dengan pasar ataukah dengan organisasi
keduanya sama-sama memiliki konsekuensi biaya. Dalam konteks ini agency costs, adalah merupakan biaya (transaction
cost atau lebih tepat lagi cost ef governance) yang terjadi manakala solusi
organisasi adalah yang dipilih (untuk mendistribusikan barang dan jasa dalam masyarakat).