Tuesday, 20 March 2012

Status Finansial Inter (Sampai Akhir 2011)


Tak dipungkiri, sistem patronasi di Italia memang masih cukup kental. Hampir semua klub masih bergantung kepada kekayaan sang pemilik. Untung-rugi masih berupa jurang yang cukup tinggi. Demi mencapai prestasi, seorang pemilik pun tak ragu menggelontorkan dana besar tanpa melihat risiko yang mengadang.
Inter salah satunya. Sejak Massimo Moratti mengambil alih tampuk pimpinan, selama 16 tahun, I Nerazzurri telah merugi mencapai 1,3 miliar euro. Tapi semua kerugian tersebut bisa tertutupi berkat suntikan dana pribadi sang patron. Namun, sistem seperti itu sekarang mulai ditinggalkan. Demi beradaptasi dengan aturan Financial Fair Play yang akan dimonitor UEFA pada musim 2013-14, Inter harus bisa membiayai semua kerugian dengan pendapatan murni klub.
Banyak yang menyangsikan kemampuan Inter. Tradisi yang sudah mengakar selama belasan tahun tentu sulit dihilangkan. Toh, Moratti tetap optimistis. “Filosofi klub untuk dua tahun mendatang adalah menyeimbangkan neraca keuangan. Kami akan melakukan apa pun agar bisa mencapainya,” ucap Moratti setahun silam.
Program-program “tak populer” pun mulai diterapkan. Mulai dari penjualan pemain bintang bergaji tinggi hingga penerapan salary cap. Hasilnya mulai terlihat. Meski masih merugi, rapor keuangan Inter menunjukkan pergerakan ke arah lebih baik.

Inter berusaha keras menurunkan kerugian hingga 45 juta euro per tahun. Sebab itulah batas toleransi dari UEFA untuk Inter sejak diberlakukannya Financial Fair Play yang akan efektif terhitung pada 2012-13. Musim selanjutnya angka tersebut akan terus diturunkan secara berkala. Pada 2015-16, angka kerugian maksimal yang bisa ditoleransi UEFA adalah 30 juta euro. Lalu periode berikutnya pada 2018-19 angka tersebut masih akan menurun.

Dari data yang dilansir La Gazzetta dello Sport, Inter telah menunjukkan langkah positif. Jika pada 2007 rugi 206,3 juta euro, pada 2010 menurun jadi 67,5 juta euro. Terget pada 2011 sebenarnya terus turun ke angka 60 juta euro. Sayang pada 2011 target tersebut tidak tercapai. Kerugian Inter naik sedikit atau menjadi 84,6 juta euro.
*) Tren Kerugian Inter
Tahun
Rugi
2007
206,3 juta euro
2008
145,9 juta euro
2009
153,5 juta euro
2010
67,5 juta euro
2011
84,6 juta euro


PENGHEMATAN GAJI
Pada 2011 lalu, manajemen Inter menerapkan salary cap. Gaji pemain inti maksimal tiga juta euro per musim. Pengecualian hanya diberikan kepada beberapa pemain bintang. Selain pengetatan gaji, pemain bergaji tinggi seperti Samuel Eto’o, David Suazo, dan Amantino Mancini juga dilepas. Sebagai gantinya menajemen mendatangkan pemain muda bergaji rendah.

Dari kebijakan ini manajemen bisa menghemat pengeluaran gaji tahunan sebesar 17,9 juta euro. Gaji tertinggi di Inter sendiri masih dipegang oleh Wesley Sneijder, yakni 6 juta euro per tahun. Dan, jika pada akhirnya Sneijder benar-benar dilepas paling lambat pada musim panas mendatang, tentu akan berpengaruh signifikan terhadap pemangkasan pengeluaran gaji pemain. Namun, Inter tentu tak akan sembarangan dalam melepas seluruh pemain bintangnya. Pertimbangan keseimbangan kekuatan tim tentu masih harus diperhitungkan.

Inter sendiri berada di urutan kedua dari 20 klub Serie-A dengan pengeluaran gaji tertinggi. Total selama setahun Inter menggelontorkan 145 juta euro untuk membayar gaji para pemainnya. Hanya kalah dari AC Milan yang mengeluarkan sebesar 160 juta euro per tahun. Zlatan Ibrahimovic masih memegang status pemain bergaji tertinggi di Milan maupun Serie-A, dengan 9 juta euro per musim.
Yang menarik Juventus. Mereka berada di urutan ketiga klub dengan pengeluaran gaji tinggi. Total, Si Nyonya Tua harus menggelontorkan biaya 100 juta euro untuk gaji pemain. Termasuk gaji tertinggi yang dimiliki Gianluigi Buffon senilai 6 juta euro per tahun. Akan tetapi, pengeluaran Juventus tampaknya akan berkurang drastis seiring kepergian Amauri ke Fiorentina, dan kemungkinan hengkangnya Luca Toni serta Vincenzo Iaquinta. Maklum, ketiganya termasuk pemain bergaji tinggi di Juventus. Amauri memperoleh 4 juta euro, sementara Toni dan Iaquinta sama-sama mengantongi 3 juta euro per tahunnya. Jika Toni dan Iaquinta menyusul Amauri, berarti Juventus akan berhemat sebesar 10 juta euro.
Inter sendiri bisa saja mengambil kebijakan serupa andai berani melepas Sneijder (gaji: 6 juta euro), Diego Milito (4,5 juta euro), Maicon (4 juta euro), Cristian Chivu (3,5 juta euro), atau Thiago Motta (3 juta euro). Apalagi beberapa pemain dengan gaji tak terlalu tinggi seperti Andrea Ranocchia (1,50 juta euro), Ricky Alvarez (1 juta euro), Yuto Nagatomo (0,70 juta euro), atau Andrea Poli dan Philippe Coutinho (0,60 juta euro) sudah menunjukkan kemajuan pesat.
*) Pemain baru 2011-12
Nama
Gaji bersih
Gaji kotor
Diego Forlan
3,5 juta euro
7 juta euro
Gianpaolo Pazzini
2,5 juta euro
5 juta euro
Andrea Ranocchia
1,5 juta euro
2,5 juta euro
Jonathan
1,2 juta euro
2,5 juta euro
Ricardo Alvarez
1 juta euro
2,5 juta euro
Emiliano Viviano
1 juta euro
3 juta euro
Yuto Nagatomo
0,7 juta euro
3 juta euro
Luc Castaignos
0,4 juta euro
1,4 juta euro
Mauro Zarate*
2 juta euro
5 juta euro
Andrea Poli*
0,6 juta euro
1,8 juta euro
Jumlah gaji
33,7 juta euro
*) Pemain dilepas 2011-12
Nama
Gaji bersih
Gaji kotor
Samuel Eto’o
8 juta euro
20 juta euro
Davide Santon
1 juta euro
2 juta euro
Amantino Mancini
3,5 juta euro
7 juta euro
David Suazo
3,2 juta euro
6,4 juta euro
Jonathan Biabiany
0,8 juta euro
1,6 juta euro
Victor Obinna
1 juta euro
2 juta euro
Nelson Rivas
1 juta euro
2 juta euro
Marco Materazzi
1,5 juta euro
3 juta euro
Goran Pandev*
3 juta euro
6 juta euro
McDonald Mariga*
0,8 juta euro
1,6 juta euro
Jumlah gaji
51,6 juta euro
Total Penghematan: 17,9 juta euro
Keterangan: * Pemain status pinjaman/ dipinjam

PEMASUKAN DARI BURSA TRANSFER
Inter Milan di bawah Moratti terkenal sebagai tim yang selalu boros di bursa transfer. Selama 12 tahun hingga pengujung 2009 saja, total pengeluaran mereka mencapai 473 juta euro. Tapi sejak 2009-10 kebijakan mereka berubah drastis. Inter mulai berusaha menghasilkan uang dari bursa transfer. Tiga musim terakhir, Inter hanya menggelontorkan dana 24 juta euro di bursa transfer.
Meski pada era Jose Mourinho beberapa pemain bintang seperti Samuel Eto'o, Diego Milito dan Wesley Sneijder dihadirkan, namun semua bisa tertutup berkat pendapatan dari menjual Zlatan Ibrahimovic ke Barcelona senilai 54 juta euro, Jonathan Biabany ke Parma (5 juta euro), dan Maxwell ke Barcelona (4 juta euro) pada 2009 lalu. Selain itu, penjualan pada tahun berikutnya pun cukup mengesankan, yakni melepas Mario Balotelli ke Manchester City (31 juta euro), Nicolas Burdisso ke AS Roma (8 juta euro) dan Mattia Destro ke Genoa (5 juta euro). Pun ditambah biaya kompensasi sebesar 16 juta euro yang dibayar Real Madrid untuk memboyong Jose Mourinho.

“Mulai sekarang kami lebih fokus menjual pemain. Setelah mendapatkan uang dari penjualan, kami baru bisa berpikir tentang pembelian,” kata Direktur Umum Inter Milan, Ernesto Paolillo.
Atas dasar hal itu, tak heran jika belakangan Inter terlihat getol membeli pemain-pemain berusia muda yang namanya bahkan masih cukup asing. Sebut saja Ricky Alvarez, Jonathan, Luc Castaignos, atau yang sudah datang sebelumnya Philippe Coutinho. "Sekarang kami memburu pemain muda dengan potensi besar, pemain yang akan kami kembangkan," tutur direktur teknik Inter, Marco Branca.

*) Transaksi di bursa transfer lima musim terakhir
Musim
Untung/ Rugi
2011-12
0
2010-11
(+) 19
2009-10
(+) 15
2008-09
(-) 53
2007-08
(-) 26
Keterangan: Dalam juta euro

PENDAPATAN TERUS NAIK
Berdasarkan data Deloitte, pendapatan Inter dari tahun ke tahun selalu naik. Untuk periode 2010, Inter mengantongi 225 juta euro. Artinya, jika dihitung sejak 2006, pendapatan Inter mengalami pertumbuhan 13 persen tiap tahunnya.

Saat ini Inter keluar sebagai klub dengan pendapatan terbesar nomor sembilan dunia dan terbesar kedua di Italia setelah AC Milan. Sayangnya, pemerataan sumber pendapatan Inter kurang bagus. Sekitar 62 persen di antaranya disumbang oleh hak siar televisi. Pendapatan dari tiket hanya 17 persen, sementara sisi komersial 21 persen.
Pendapatan Inter


HAK SIAR TELEVISI, TIKET STADION, & SISI KOMERSIAL
Selain mengetatkan ikat pinggang, Inter harus bisa meningkatkan pendapatan klub lebih besar lagi. Saat ini pendapatan Inter berasal dari tiga sumber yakni hak siar televisi, tiket stadion, dan sisi komersial.
Untuk hak siar televisi, pendapatannya sudah susah ditingkatkan lagi. pasalnya, saat ini Inter merupakan klub dengan pendapatan hak siar terbesar di Italia. Sektor yang masih bisa ditingkatkan lagi adalah pendapatan tiket dan sisi komersial.
Inter sebenarnya punya modal besar untuk meningkatkan pendapatan dari sektor tiket stadion. Ingat, saat ini, jumlah penonton laga Inter di Giuseppe Meazza adalah yang terbanyak di Italia. Mereka mengalahkan AC Milan, AS Roma, dan Juventus.
Sebagai contoh bisa dilihat dari tingkat kepenuhan stadion. Musim lalu,jumlah penonton Inter tiap pertandingan mencapai 58 ribu penonton. Terbanyak di Italia. Jumlah penonton Milan ada di tempat kedua, yakni sekitar 50 penonton tidap laga. Peringkat ketiga diisi Napoli, yakni 45 ribu penonton per pertandingan.
Fakta itu membuat pendapatan tiket stadion Inter menjadi yang terbesar di Italia, yakni 33 juta euro per musim. Sayang, meski terlihat besar, pendapatan tersebut tidak ada apa-apanya dibanding pendapatan tiket stadion klub-klub Inggris. Dibanding Manchester United, pendapatan Inter tidak lebih dari seperempatnya.
Penyebab utama minimnya pendapatan tiket stadion karena status Giuseppe Meazza yang menjadi milik pemerintah kota. Tiap tahunnya, Inter harus membayar sewa 4,5 juta euro.
Selain itu, Inter juga hanya bisa mengoptimalkan pendapatan dari stadion ketika ada pertandingan. Padahal, di klub-klub Inggris dan Jerman, klub bisa menerima pendapatan dari kunjungan wisatawan ke stadion. “Di Eropa, stadion bisa menghasilkan uang selama tujuh hari penuh. Sementara itu, kami tidak bisa melakukannya karena masih menyewa ke pemerintah kota,” keluh Direktur Umum Inter, Ernesto Paolillo.
Secara keseluruhan, pertumbuhan pendapatan Inter selama lima tahun terakhir hanya sebesar 13 persen. Dari 188 juta euro menuju 213 juta euro. Tak heran, seperti klub-klub Italia lain, mayoritas pemasukan Inter memang didapat dari hak siar televisi, yakni sekitar 124 juta euro. Berdasarkan data yang dikeluarkan FIGC, Serie-A merupakan kompetisi yang pemasukannya paling bergantung kepada hak siar televisi (65%). Bandingkan dengan Prancis (60%), Inggris (50%), Spanyol (38%), dan Jerman (32%).
Pada 2010 lalu, Inter juga mendapat pemasukan cukup besar dari hak siar televisi, yakni mencapai 138 juta euro. Angka itu diraih berkat performa di kancah domestik, dan Liga Champions, di mana Inter berhasil melaju ke final dan tampil sebagai juara. Namun, tak selamanya mereka harus bergantung pada hak siar televisi. Keseimbangan masuknya keuntungan dari lubang lain pun harus dipertimbangkan. Hal ini yang tentunya masih menjadi pe-er bagi jajaran direksi La Beneamata demi mengikuti Financial Fair Play yang dimainkan UEFA.
(Grafik & data: FIGC, Transfermarkt, Swiss Ramble, La Gazzetta, Deloitte, dll)

(sumber: http://inter-milan-indonesia.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
;