Sekolah
sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat
paralel maupun yang menunjukkan penjenjangan. Setiap kelas merupakan untuk
kerja yang berdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi
bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah sebagai
total sistem atau satu kesatuan organisasi, sangat tergantung pada
penyelenggaraan dan pengelolaan kelas. Baik di lingkungan kelas masing-masing
sebagai unit kerja yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara
kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Oleh
karena itu setiap guru kelas atau wali kelas sebagai pimpinan menengah (middle
manager) atau administrator kelas, menempati posisi dan peran yang penting,
karena memikul tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas masing-masing
yang berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan sekolah secara keseluruhan,
setiap murid dan guru yang menjadi komponen penggerak aktivitas kelas, harus
didayagunakan secara maksimal agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi
bagian yang dinamis di agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian
yang dinamis di dalam organisasi sekolah.
Dari
uraian di atas jelas bahwa program kelas
akan berkembangan bilamana guru/wali kelas mendayagunakan secara maksimal
potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur yakni: guru, murid dan proses atau
dinamika kelas.
1. Kelas dalam arti sempit yakni ruangan yang
dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti
proses mengajar belajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung
sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan pada batas umur kronologis
masing-masing.
2. Kelas
dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja
yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengajar belajar yang
keratif untuk mencapai suatu tujuan.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi perwujudan management kelas dalam pengertian kelas
adalah:
a. Kurikulum
b. Bangunan
dan Sarana
c. Guru
d. Murid
e. Dinamika
Kelas
f. Lingkungan
Sekitar
Keenam
faktor tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling bertautan atau saling
mempengaruhi, walaupun untuk kepentingan uraian secara teoritis akan
diketengahkan satu persatu di bawah ini.
A. Kurikulum
Sebuah kelas tidak boleh sekedar
diartikan sebagai tempat siswa berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu
pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat
murid mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak,
yang tidak hanya harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi
dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat dan jenis
sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang
semakin kompleks dalam perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah
sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. Dengan kata
lain aktivitas sebuah kelas sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang dipergunakan
di sekolah. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat apabila
kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai dengan dinamika
masyarakat.
Sekolah yang kurikulumnya dirancangkan
secara tradisional akan mengakibatkan aktivitas kelas berlangsung secara
statis. Kurikulum tradisional diartikan sebga sejumlah materi pengetahuan dan
kebudayaan hasil masa lalu yang harus
dikuasai murid untuk mencapai suatu tingkat tertentu, yang dinyatakan
dengan ketentuan kenaikan kelas atau pemberian ijazah kepada murid tersebut. Di
dalam kurikulum seperti itu mata pelajaran diberikan secara terpisah-pisah
(subject certerd curriculum0 yang pada umumnya bersifat intelektualistis.
Sekolah yang diselenggarkan dengan
kurikulum modern pada dasarnya akan mampu menyelenggarakan kegiatan kelas yang
bersifat dinamis. Kurikulum modern diartikan sebagai semua kegiatan yang
berpengaruh pada pembentukan pribadi murid, baik yang berlangsung di dalam
maupun di luar kelas/sekolah, termasuk di dalamnya lingkungan sekitar yang
bersifat non edukatif seperti warung sekolah, pesuruh, kondisi bangunan dan
sarana sekolah lainnya, masjid/Gereja d an lain-lain.
Kedua kurikulum tersebut di atas kurang
serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki pandangan hidup
Pancasila. Di satu pihak kurikulum tradisional yang berpusat pada guru akan
diwarnai dengan sikap otoriter yang mematikan inisiatif dan kreativitas murid.
Kurikulum itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan pembentukan pribadi
berdasarkan minat, bakat, kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang
berbeda-beda. Antara murid yang satu dengan murid yang lain dalam satu kelas.
Segala sesuatu yang menyangkut isi kurikulum untuk dilaksanakan di kelas sudah
diatur dan ditetapkan oleh pihak instansi atasan, yang bahkan menutup
kemungkinan guru mengembangkan kegiatan berdasarkan inisiatif dan krativitasnya
sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar. Dipihak lain
kurikulum modern yang menekankan pada perkembangan individu secara maksimal,
akan mencerminkan kebebasan atas dasar demokrasi liberal sehingga tidak
memungkinkan diselenggarakannya secara efektif kegiatan belajar secara klasikal
untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan Yang maha
Esa.
Oleh karena itu diperlukan usaha
mengintegrasikan kedua kurikulum tersebut dalam kehidupan lembaga pendidikan
formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat.
Kurikulum harus dirancang sebagai
sejumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggungjawab sekolah dalam membantu
anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana,
sistematik dan terarah serta terorganisir. Sekolah yang dirancang dengan
kurikulum seperti itu, memungkinkan kegiatan kelas tidak sekedar dipusatkan
pada penyampaian sejumlah materi pelajaran/pengetahuan yang bersifat
intellectualistic, akan tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi,
baik sebagai makhluk individual dan makhluk sosial maupun sebagai makhluk
bermoral.
Dengan kurikulum seperti disebutkan
terakhir berarti isi pendidikan di dalam kegiatan kelas untuk setiap
jenjang/tingkat sekolah harus dirancangkan sebagai berikut:
1. Tingkat Taman Kanak-Kanak
Kurikulum pada tingkat ini harus
dirancang untuk memungkinkan kelas menyelenggarakan kegiatan agar anak-anak
belajar bergaul, belajar mempergunakan alat-alat yang sederhana, memperoleh
ketrampilan dasar atau tingkat permulaan dan dapat bekerja sama dalam bermain
walaupun pada tingkat ini kecenderungan dalam bermain masih bersifat
individual.
2. Tingkat Sekolah Dasar
Kurikulum pada tingkat ini pada tahap
permulaan atau kelas-kelas rendah harus dirancangkan untuk memungkinkan kelas
melanjutkan kegiatan-kegiatan atau program-program di taman kanak-kanak.
Selanjutnya sesuai dengan kematangan anak-anak, secara bertahap kurikulum harus
dengan kematangan anak-anak, secara bertahap kurikulum harus dikembangkan juga
untuk mempelajari fakta-fakta pengetahuan yang sederhana, pengembangan kebiasaan berpikir secara kreatif dan
pembentukan watak berdasarkan sistem nilai-nilai tertentu. Untuk itu dapat
dilaksanakan berbagai kegiatan kelas baik yang dilakukan secara individual
maupun secara bersama-sama.
3. Sekolah Lanjutan/menengah
Kurikulum pada tingkat ini harus
dirancangkan untuk memungkinkan diselenggarakannya kegiatan kelas dalam
memenuhi kebutuhan melakukan eksplorasi dan eksperimentasi guna memberikan
pengalaman intelektual dan sosial yang terpadu dalam rangka realisasi diri.
4. Tingkat Perguruan Tinggi
Kurikulum pada tingkat ini dirancangkan
untuk memungkinkan kelas menyelenggarakan kegiatan membantu perkembangan
individual secara maksimal dalam rangka menguasai keahlian profesional
tertentu.
B. Bangunan dan Sarana
Perencanaan dalam membangun sebuah
gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan,
letak dan dekorasi nya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang
dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah sedangkan
ruang/gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam mengatur
pendayagunaan ruang/gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum yang
dipergunakan.
Sekolah yang mempergunakan kurikulum
tradisional pengaturan ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar
mengajar diselenggarakan di kelas yang tatap untuk sejumlah murid yang sama
tingkatannya.
Bagi sekolah yang mempergunakan
kurikulum modern, ruangan kelas diatur menurut jenis kegiatan berdasarkan
program-program yang telah dikelompokkan secara integrated. Di samping ruangan
disusun berdasarkan bidang studi yang bersifat integrated itu disediakan juga
ruangan untuk kegiatan bersama berupa ruang kelas untuk mendengarkan ceramah
dan ruangan lain seperti perpustakaan, ruang olahraga dan lain-lain.
Bagi sekolah yang mempergunakan
kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas masih diatur menurut keperluan
kelompok murid sebagai satu kesatuan menurut jenjang dan pengelompokan kelas
secara permanen. Ruang khusus biasanya disediakan secara terbatas berupa laboratorium,
perpustakaan, sebuah aula untuk kegiatan olah raga, kesenian dan kegiatan
ekstra kelas lainnya.
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa
bagi sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional dan kurikulum gabungan
(tradisional dan modern), jumlah kelas
sangat dipengaruhi oleh perencanaan penerimaan murid atau jumlah murid yang
dimiliki. Oleh karena itu dalam rencana pembangunan gedung atau penambahan
ruang kelas, diperlukan catatan kependudukan yang teliti dengan memperkirakan
juga berapa jumlah yang telah terserap oleh sekolah lain dalam suatu
wilayah tertentu.
Untuk mendirikan sebuah sekolah
diperlukan perencanaan yang fisibel (layak) sebagai hasil penelitian atau
survey yang teliti terutama untuk memperoleh lokasi yang tepat. Penelitian itu
selain mengenai aspek kependudukan harus dilakukan juga terhadap situasi
lingkungan, kondisi tanah, pendapat masyarakat, kemungkinan berkomunikasi
dengan sumber-sumber kependidikan di lingkungan sekitar yang sesuai dengan
kurikulum/program yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
Setelah sebuah gedung sekolah berdiri diperlukan sarana belajar mengajar
yang dapat menunjang efisiensi perwujudan kurikulum/program sekolah atau kelas
perlengkapan minimal bagi sebuah sekolah yang mempergunakan salah satu bentuk
kurikulum tersebut di atas adalah meja dan kuris murid. Meja dan kuris guru,
papan tulis dan kapur tulis. Selanjutnya bagi sekolah yang mempergunakan
kurikulum tradisional dan kurikulum gabungan (tradisional dan modern)
sekurang-kurangnya diperlukan sejumlah alat peraga sedang bagi sekolah yang
mempergunakan kurikulum modern diperlukan saran yang lebih banyak lagi sesuai
dengan jenis program yang menjadi tanggung jawabnya.
C. Guru
Program kelas tidak akan berarti
bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat
menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid
suatu kelas . secara etimologi atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban
mewujudkan suatu program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar atau
memberikan pelajaran di sekolah atau kls. Secara lebih luas guru berarti orang
yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab
dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam
pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan kels untuk
menyampaikan materi pengetahuan
tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan
berjiwa bebas serta kratif dalam mengarahkan perkembangan akan didik nya. Untuk
menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.
Setiap guru harus memahami fungsinya
karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam
menunaikan pekerjaan sehari-hari di sekolah maupun di kelas. Pengetahuan dan
pemahamannya tentang kompetensi guru akan mendasari pola kegiatannya dalam
menunaikan profesi sebagai guru. Kompetensi guru yang dimaksud antara lain
mengenai kompetensi-komptensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi
kemasyarakatan. Kompetensi itu berkenaan dengan kemampuan dasar teknis edukatif
dan administratif sebagai berikut:
1. Penguasaan bahan
2. Pengelolaan
program belajar mengajar
3. mengelola
kelas
4. Penggunaan
media/sumber
5. Mampu
mengelola dan mempergunakan intraksi belajar mengajar
6. Memiliki
kemampuan melakukan penilaian prestasi belajar
siswa secara obyektif.
7. Memahami
fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Setiap guru sebagai petugas profesional
ikut bertanggung jawab pada tercapainya tujuan pendidikan secara efektif. Oleh
karena itu guru harus ikut dalam menentukan kebijakan kependidikan di
kelas/sekolah.
Guru yang memahami kedudukan dan
fungsinya sebagai pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang
sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidik persiapan
yang telah diterimanya. Dan sebagai pernyataan dari kesadarannya terhadap
perkembangan dan kemajuan bidang tugasnya yang harus diikuti, sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
D. Murid
Murid merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru
dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak
yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis dalam
rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan formal, khusus
nya berupa sekolah.
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang
sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap
murid harus memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar
mampu ikut serta dalam kegiatan kelas.
Kelas merupakan unit
tersendiri yang pengelolaannya secara maksimal harus dilakukan dengan
mengikutsertakan murid. Pengelolaan kelas yang berhasil akan menumbuhkan kebanggaan
kelas sehingga meningkatkan rasa solidaritas dan keinginan untuk ikut
berpartisipasi di kalangan murid di kelas tersebut.
E. Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus
dipergunakan oleh setiap wali/guru kelas untuk kepentingan murid dalam
kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas. Yang
meliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui
kreatifitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok.
Dinamika kelas dipengaruhi oleh cara wali/guru kelas
menerapkan administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta dalam
mempergunakan pendekatan pengelolaan kelas, penerapan kegiatan itu antara lain
sebagai berikut.
1. Kegiatan
administratif management
Pengelolaan kelas memerlukan tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, komunikasi dan kontrol sebagai
langkah-langkah kegiatan management admnistratif.
2. Kegiatan
Operatif management kelas
Kegiatan management administratif kelas harus ditunjang
dengan kegiatan management operatif agar seluruh program kelas berlangsung
efektif bagi pencapaian tujuan. Kegiatan management operatif kelas meliputi
a. Tata
usaha kelas
b. Kegiatan
Pembekalan kelas
c. Kegiatan keuangan
kelas
d. Kegiatan pembinaan
personal atau kepegawaian dikelas.
e. Humas
dilingkungannya kelas
3. Kepemimpinan
wali/guru kelas
Dinamika kelas dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan
wali atau guru kelas, untuk itu kepemimpinan diartikan sebagai proses
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau
tindakan dan tingkah laku orang lain.
Tiga bentuk kepemimpinan mungkin diwujudkan wali/guru kelas
dalam usaha menggerakkan personal di lingkungan kelas masing-masing adalah:
a. Wali
atau guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat otoriter
b. Wali atau guru
kelas sebagai pemimpin yang bersifat laissez faire.
c. Wali atau guru
kelas sebagai pemimpin yang bersifat demokratif
4. Disiplin
kelas
Disiplin kelas merupakan bagian yang penting dalam dinamika
kelas, disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya
pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disetujui
bersama dalam melaksanakan kegiatan
kelas, agar pemberian hukuman pada seorang atau sekelompok orang dapat
dihindari.
Disiplin kelas dapat diartikan juga sebagai suasana tertib
dan terpaut akan tetapi penuh dinamika dalam melaksanakan program kelas
terutama dalam mewujudkan proses belajar mengajar.
5. Beberapa
pendekatan dalam pengelolaan kelas
Seorang wali atau guru kelas harus mampu menetapkan pilihan
yang tepat dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang
efektif. Untuk memperjelas masalah pendekatan yang akan dipergunakan itu, di
bawah ini akan diketengahkan beberapa alternatif yang dapat dipilih
diantaranya:
a. Pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku (behaviorisme)
b. Pendekatan
berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial (sosio emosional climate
approach)
c. Pendekatan berdasarkan
proses kelompok (group process approach)
d. Pendekatan electis
(electic approach)
No comments:
Post a Comment